Jumat, 18 April 2014

kalimat letak utama


BAB I
PENDAHULUAN

Kita sebagai mahasiswa/i yang mempelajari Bahasa Indonesia diharuskan menguasai materi-materi yang dipelajari salah satu materi yang harus kita kuasai adalah letak kalimat utama atau yang disebut dengan paragraf.
Paragraf pembuka yang baik akan menjadi tolak ukur pengembangan tulisan berikutnya. Paragraf pembuka adalah paragraf yang mengawali dari mana seorang penulis akan mengembangkan gagasannya.






















BAB II
PEMBAHASAN
LETAK KALIMAT UTAMA

A.    Pengertian Kalimat Utama ( Paragraf )
paragraf (dari bahasa Yunani paragraphos, "menulis di samping" atau "tertulis di samping") adalah suatu jenis tulisan yang memiliki tujuan atau ide. Awal paragraf ditandai dengan masuknya ke baris baru. Terkadang baris pertama dimasukkan; kadang-kadang dimasukkan tanpa memulai baris baru. Paragraf   adalah susunan dari beberapa kalimat yang terjalin utuh, mengandung sebuah makna, dan didalamnya terdapat gagasan utama. Atau dalam pengertian lain Paragraf adalah seperangkat kalimat yang berkaitan satu sama lain atau mengemukakan satu gagasan utama atau gagasan pokok.
Paragraf adalah rangkaian kalimat yang diikat oleh satu kesatuan gagasan. Syarat dalam paragraf yaitu kesatuan gagasan dan kepaduan antar kalimat paragraf terdiri dari paragraf pembuka, paragraf isi , dan paragraf penutup.
Paragraf pembuka yang baik akan menjadi tolak ukur pengembangan tulisan berikutnya. Paragraf pembuka adalah paragraf yang mengawali dari mana seorang penulis akan mengembangkan gagasannya.
Sebuah paragraf biasanya terdiri dari pikiran, gagasan, atau ide pokok yang dibantu dengan kalimat pendukung. Paragraf non-fiksi biasanya dimulai dengan umum dan bergerak lebih spesifik sehingga dapat memunculkan argumen atau sudut pandang. Setiap paragraf berawal dari apa yang datang sebelumnya dan berhenti untuk dilanjutkan. Paragraf umumnya terdiri dari tiga hingga tujuh kalimat semuanya tergabung dalam pernyataan berparagraf tunggal. Dalam fiksi prosa, contohnya; tapi hal ini umum bila paragraf prosa terjadi di tengah atau di akhir. Sebuah paragraf dapat sependek satu kata atau berhalaman-halaman, dan dapat terdiri dari satu atau banyak kalimat. Ketika dialog dikutip dalam fiksi, paragraf baru digunakan setiap kali orang yang dikutip berganti.

B.     Macam-macam Pragraf
Paragraf dibagi menurut jenis, letak kalimat utamanya, tujuan, isi dan fungsinya, yaitu :
1.      Berdasarkan Jenisnya
a.       Narasi adalah paragraf yang menceritakan suatu kejadian atau peristiwa. Ciri-cirinya: ada kejadian, ada pelaku, dan ada waktu kejadian. Contoh :
Anak itu berjalan cepat menuju pintu rumahnya karena merasa khawatir seseorang akan memergoki kedatangannya. Sedikit susah payah dia membuka pintu itu. Ia begitu terkejut ketika daun pintu terbuka seorang lelaki berwajah buruk tiba-tiba berdiri di hadapannya. Tanpa berpikir panjang ia langsung mengayunkan tinjunya ke arah perut lelaki misterius itu. Ia semakin terkejut karena ternyata lelaki itu tetap bergeming. Raut muka lelaki itu semakin menyeramkan, bagaikan seekor singa yang siap menerkam. Anak itu pun memukulinya berulang kali hingga ia terjatuh tak sadarkan diri.
b.      Deskripsi adalah paragraf yang menggambarkan suatu objek sehingga pembaca seakan bisa melihat, mendengar, atau merasa objek yang digambarkan itu. Objek yang dideskripsikan dapat berupa orang, benda, atau tempat.Ciri-cirinya: ada objek yang digambarkan. Contoh:
Perempuan itu tinggi semampai. Jilbab warna ungu yang menutupi kepalanya membuat kulit wajanya yang kuning nampak semakin cantik. Matanya bulat bersinar disertai bulu mata yang tebal. Hidungnya mancung sekali mirip dengan para wanita palestina.
c.       Eksposisi adalah paragraf yang menginformasikan suatu teori, teknik, kiat, atau petunjuk sehingga orang yang membacanya akan bertambah wawasannya. Ciri-cirinya: ada informasi. Contoh :
Bahtsul masail sendiri merupakan forum diskusi keagamaan yang sudah mendarah daging di pesantren. Di dalamnya, dibahas persoalan-persoalan masyarakat yang membutuhkan tinjauan keagamaan secara ilmiah, rinci, dan terukur. Perlu diketahui pula bahwa sebagian besar topik yang muncul didasarkan atas laporan, aduan, atau keluhan masyarakat tentang persoalan agama, sosial, budaya, hingga ekonomi. Bisa dikatakan bahwa bahtsul masail sesungguhnya merupakan cara khas pesantren untuk menyuarakan aspirasi masyarakat melalui perspektif agama.
d.      Argumentasi adalah paragraf yang mengemukakan suatu pendapat beserta alasannya. Ciri-cirinya: ada pendapat dan ada alasannya. Contoh:
Keberhasilan domain itu memang tidak mudah diukur. Sebab, domain tersebut menyangkut hal yang sangat rumit, bahkan terkait dengan "meta penampilan" siswa yang kadang-kadang tidak kelihatan. Membentuk karakter manusia memang membutuhkan pengorbanan, sebagaimana yang dilakukan negara-negara maju seperti Jepang, Singapura, dan Malaysia. Mereka bisa maju karena memiliki banyak orang pintar dan berkarakter.
e.       Persuasi adalah paragraf yang mengajak, membujuk, atau mempengaruhi pembaca agar melakukan sesuatu. Ciri-cirinya: ada bujukan atau ajakan untuk berbuat sesuatu. Contoh:
Sebaiknya pemerintah melakukan penghematan. Selama ini, pemerintah boros dengan cara tiap tahun membeli ribuan mobil dinas baru serta membangun kantor-kantor baru dan guest house. Pemerintah juga selalu menambah jumlah PNS tanpa melakukan perampingan, membeli alat tulis kantor (ATK) secara berlebihan, dan sebagainya. Padahal, dana yang dimiliki tidak cukup untuk itu.
2.      Berdasarkan Letak Kalimat Utamanya
a.       Paragraf deduktif adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat topik kemudian diikuti dengan kalimat-kalimat penjelas. Contoh:
Kemauannya sulit untuk diikuti. Dalam rapat sebelumnya sudah diputuskan bahwa dana itu harus disimpan dulu. Para peserta sudah menyepakati hal itu. Akan tetapi, hari ini ia memaksa menggunakannya membuka usaha baru.
Contoh kedua Pemakiaan bahasa Indonesia di seluruh Indonesia dewasa ini belum dapat dikatakan seragam. perbedaan dalam struktur kalimat, lagu kalimat, dan ucapan terlihat dengan mudah. Pemakiaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pergaulan sering dikalahkan oleh bahasa daerah. Di lingkungan persuratkabaran, radio, dan televisi sudah terjaga dengan baik. Para pemuka kitapun pada umumnya belum memperlihatkan penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Fakta-fakta di atas menunjukan bahwa pengajaran bahasa Indonesia perlu ditingkatkan.
b.      Paragraf Induktif adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan penjelasan-penjelasan kemudian diakhiri dengan kalimat topik. Paragraf induktif dapat dibagi ke dalam tiga jenis, yaitu generalisasi, analogi, dan kausalitas.
Pada waktu anak didik memasuki pendidikan formal, pendidikan bahasa Indonesia secara metodologis dan sistematis bukanlah merupakan halangan baginya untuk memperluas dan memantapkan bahasa daerah. SEtelah anak didik meninggalkan kelas, ia kembali mempergunakan bahasa daerah dengan teman-temannya atau orang tuanya. ia merasa lebih intim dengan bahasa daerah. jam sekolah hanya berlangsung selama beberapa jam. Baik waktu istirahat ataupun diantara jam-jam pelajaran, unsur-unsur bahasa daerah tetap digunakan. Ditambah lagi jika sekolah itu bersifat homogen dan gurunya penutur  asli bahasa daeah itu. Faktor-faktor inilah yang menyebabkan pengetahuan si anak terhadap bahasa daerahnya akan tetap maju.
c.       Paragraf Campuran adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di awal dan di akhir paragraf. Paragraf yang tidak memiliki kalimat utama yaitu paragraf yang gagasan utamanya tersebar secara seimbang dan merata pada setiap kalimat. Contohnya pada karangan berbentuk naratif dan deskriptif.

3.      Berdasarkan Tujuannya
a.       Paragraf pembuka yaitu paragraf yang berperan sebagai pengantar masalah yang akan disampaikan dalam isi karangan.
b.      Paragraf penghubung yaitu paragraf yang berisi seluruh persoalan dalam suatu karangan.
c.       Paragraf penutup yaitu paragraf yang berisi kesimpulan atas uraian yang dikemukaan untuk mengakhiri suatu karangan.

4.      Berdasarkan Isinya
a.       Paragraf deskripsi : kalimat utama tak tercantum secara nyata tema pargraftersirat dalam keseluruhan paragraf biasa dipakai untuk melakukan sesuatu, hal, keadaan, situasi dalam cerita.
b.      Paragraf proses : tidak terdapat kalimat utama pikiran utama tersirat dalamkalimat-kalimat penjelas memaparkan urutan suatu kejadian/proses,meliputi waktu, ruang, klimaks, antiklimaks.
c.       Paragraf efektif : paragraf efektif ialah alinea yang memenuhi ciri paragraf yang baik alinea terdiri atas beberapa kalimat terdiri atas satu pikiran utama dan lebih dari satu pikiran penjelas tidak boleh ada kalimat sumbang ada koherensi antar kalimat.

5.      Berdasarkan fungsinya
a.       Paragraf Pembuka
Paragraf pembuka berisi persoalan dasar yang berkaitan dengan masalah yang akan kita tulis. Paragraf pembuka harus dapat menarik minat dan perhatian pembaca, serta sanggup menghubungkan pikiran pembaca kepada masalah yang akan disajikan selanjutnya. Karena sikapnya pengenalan masalah, paragraf tersebut bersifat menginformasikan akan apa yang akan kita tuliskan.
b.      Paragraf Isi (Pengembangan)
Paragraf Isi adalah paragraf yang berisi kelanjutan gagasan. Paragraf ini menggembangkan pokok pembicaraan yang dirancang. Dengan kata lain, paragraf pengembangan mengemukakan inti persoalan yang akan dikemukakan.
c.       Paragraf Penutup
Paragraf Penutup adalah paragraf yang terdapat pada akhir karangan atau pada akhir dari suatu kesatuan yang lebih kecil di dalam karangan itu. Biasanya, paragraf penutup berupa kesimpulan semua pembicaraan yang telah dipaparkan pada bagian-bagian sebelumnya.

C.    Pengembangan  Paragraf
a.       Pengembangan Pragraf
Pengembangan paragraf dapat dilakukan dengan 2 pola, yaitu :
1.      Pola Alamiah
urutan yang sesuai dengan keadaan di alam. Pola ini meliputi pola :
a.       Urutan waktu/kronologis
b.      Urutan ruang/ special
2.      Pola logis
pola pengembangan didasarkan atas jalan pikiran. Pola ini meliputi pola :
a.       Pengambangan contoh
b.      Klasifikasi
c.       Familiaritas
d.      Akseptabilitas
e.       Umum-khusus
f.       Sebab akibat
g.      Klimaks-antiklimaks
h.      Perbandingan.

D.    Struktur Paragraf
Paragraf terdiri atas kalimat topik atau kalimat pokok dan kalimat penjelas atau kalimat pendukung. Kalimat topik merupakan kalimat terpenting yang berisi ide pokok alinea. Sedangkan kalimat penjelas atau kalimat pendukung berfungsi untuk menjelaskan atau mendukung ide utama.  Untuk mendapatkan paragraf yang baik perlu diperhatikan hal-hal berikut.
a.       Posisi Paragraf
Sebuah karangan dibangun oleh beberapa bab. Bab-bab suatu karangan yang mengandung kebulatan ide dibangun oleh beberapa anak bab. Anak bab dibangun oleh beberapa paragraf. Jadi, kedudukan paragraf dalam karangan adalah sebagai unsur pembangun anak bab, atau secara tidak langsung sebagai pembangun karangan itu sendiri. Dapat dikatakan bahwa paragraf merupakan satuan terkecil karangan, sebab di bawah paragraf tidak lagi satuan yang lebih kecil yang mampu mengungkapkan gagasan secura utuh dan lengkap.
b.      Batasan Paragraf
Pengertian paragraf ini ada beberapa pendapat, antara lain :
1.      Kamus Besar Bahasa Indonesia : paragraf adalah bagian bab dalam suatu karangan (biasanya mengandung satu ide pokok dan penulisannya dimulai dengan garis baru).
2.      The Jiang Gie dan A. Didyamartaya : paragraf ialah satuan pembagian lebih kecil di bawah sesuatu bab dalam buku. Paragraf biasanya diberi angka Arab.
c.       Kegunaan Paragraf
Paragraf bukan berkaitan dengan segi keindahan karangan itu, tetapi pembagian per paragraf ini memiliki beberapa kegunaan, sebagai berikut :
1.      Sebagai penampung fragmen ide pokok atau gagasan pokok keseluruhan paragrap.
2.      Alat untuk memudahkan pernbaca memahami jalan pikiran penulisnya.
3.      Penanda bahwa pikiran baru dimulai.
4.      Alat bagi pengarang untuk mengembangkan jalan pikiran secara sistematis.
5.      Dalam rangka keseluruhan karangan, paragraf dapat berguna bagi pengantar, transisi, dan penutup.
BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Paragraf atau letak kalimat utama dari bahasa Yunani paragraphos, yang artinya "menulis di samping" atau "tertulis di samping. Paragraf adalah seperangkat kalimat yang berkaitan satu sama lain atau mengemukakan satu gagasan utama atau gagasan pokok. Atau dalam pengertian lain. Paragraf adalah rangkaian kalimat yang diikat oleh satu kesatuan gagasan. Syarat dalam paragraf yaitu kesatuan gagasan dan kepaduan antar kalimat paragraf terdiri dari paragraf pembuka, paragraf isi , dan paragraf penutup.

B.     Saran
Kepada rekan-rekan mahasiswa dan mahasiswi jika terdapat kesalahan, atau kekeliruan baik berupa kata, tulisan atau pemberian makna dalam makalah kami maka berkenan kiranya untuk membenarkannya, kami dengan senang hati akan menerima kritikan tersebut dan mengucapkan terima kasih banyak.












DAFTAR PUSTAKA

Dini at all.. Bimbingan Pemantapan Bahasa Indonesia. Bandung : CV Yrama Widya. 2004
Depdiknas. Kamus Besar Bahsa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta : Depdiknasa. 2002
Rahardi, Kunjana. Teknik-teknik Pengembangan Paragraf Karya Tulis Ilmiah. Graha Media. 2010


layanan Konseling Perorangan


LAYANAN KONSELING PERORANGAN
Mata kuliah
Bimbingan Konseling
Dosen Pembimbing
Eddy Khairani, S.Ap. M.Pd.I

Oleh
KELOMPOK 5
Patimah
Dan
Siti Khadijah





SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ( STAI )
DARUL ULUM KANDANGAN
2014

KATA PENGANTAR
            Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Layanan Konseling Perorangan”
            Serta salawat dan salam kami panjatkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad saw yang telah membawa kita dari alam kejahilan ke alam yang penuh pengatahuan dan dari alam kegelapan ke alam yang terang benderang. Sehingga kita bisa membedakan antara yang baik dan buruk.
             Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna sempurnanya makalah ini.Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

                                                                                         



      Penyusun,

       Kelompok 5 

i
DAFTAR ISI

            KATA PENGANTAR ...............................................................       i
            DAFTAR ISI ..............................................................................       ii
            BAB I PENDAHULUAN ..........................................................      1
            BAB II PEMBAHASAN ...........................................................      2
                         Layanan Konseling Perorangan .....................................       2
A.    Pengertian Layanan Konseling Perorangan ..............       2
B.     Proses Layanan Konseling Perorangan ....................        4
C.     Langkah Umum Pengantasan Masalah .....................       5
D.    Tahapan Konseling ...................................................       7
BAB III PENUTUP ....................................................................      10
A.    Simpulan ...................................................................       10
B.     Saran- saran ..............................................................        10












ii
BAB I
PENDAHULUAN

Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan bisa berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, sosial, belajar maupun karier melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdaarkan norma-norma yang berlaku.
Bimbingan dan konseling merupakan  upaya proaktif dan sistematik dalam memfasilitasi individu mencapai tingkat perkembangan yang optimal, pengembangan perilaku yang efektif, pengembangan lingkungan, dan peningkatan fungsi atau manfaat individu dalam lingkungannya. Semua perubahan perilaku tersebut merupakan proses perkembangan individu, yakni proses interaksi antara individu dengan lingkungan melalui interaksi yang sehat dan produktif.











BAB II
PEMBAHASAN
LAYANAN KONSELING PERORANGAN

A.    Pengartian Layanan Konseling Perorangan
Layanan Konseling Perorangan atau Individual adalah merupakan salah satu pemberian bantuan secara perorangan dan secara langsung. Dalam cara ini pemberian bantuan dilakukan secara face to face relationship (hubungan muka ke muka, atau hubungan empat mata) antara konselor dengan individu yang terjadi ketika seorang konselor bertemu secara pribadi dengan klien untuk tujuan konseling. Ini adalah interaksi antara konselor dan konseli dimana banyak yang berfikir bahwa ini adalah esensi dari pekerjaan konselor.
Konseling individu menurut Prayitno dan Erman Amti (2004:105) adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien)  yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.
Dryden (dalam Palmer & McMahon, 1989:39) bahwa konseling perorangan sangat menjaga kerahasiaan klien; konseling perorangan akan membuat hubungan akrab antara klien dan konselor; konseling perorangan sebagai proses pembelajaran klien; konseling perorangan adalah sebuah proses teraputik. Lebih lanjut, Dryden menyimpulkan bahwa konseling perorangan membantu klien yang ingin membuat perbedaan dirinya dengan yang lain. Konseling perorangan juga akan sangat membantu konselor dalam membuat variasi gaya teraputik untuk klien yang berbeda.
Konseling individual adalah proses belajar melalui hubungan khusus secara pribadi dalam wawancara antara seorang konselor dan seorang konseli/klien. Konseli/klien mengalami kesukaran pribadi yang tidak dapat dipecahkan sendiri, kemudian ia meminta bantuan konselor sebagai petugas yang profesional dalam jabatannya dengan pengetahuan dan ketrampilan psikologi. Konseling ditujukan pada individu yang normal, yang menghadapi kesukaran dalam mengalami masalah pendidikan, pekerjaan dan sosial dimana ia tidak dapat memilih dan memutuskan sendiri. Dapat disimpulkan bahwa konseling hanya ditujukan pada individu-individu yang sudah menyadari kehidupan pribadinya.
Berdasarkan pengertian yang dikemukakan di atas dapat dipahami bahwa  konseling perorangan yang dimaksud memuat beberapa hal yaitu (1)usaha membantu klien/ sebuah proses teraputik  dalam upaya mengentaskan permasalahan (2) menjaga kerahasiaan klien; (3) konseling perorangan akan membuat hubungan akrab antara klien dan konselor; (4) proses membelajaran klien; (5) pelaksanaannya dilakukan secara tatap muka; (6) tujuannya agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus yang dialaminya.
Konseling individu merupakan bentuk layanan yang paling utama dalam peaksanaan fungsi pengentasan masalah klien. Dengan demikian konseling perorangan merupakan “jantung hati”. Implikasi lain pengertian “jantung hati” adalah apabila seorang konselor telah menguasai dengan baik apa, mengapa dan bagaimana pelayanan konseling itu (memahami, menghayati dan menerapkan wawasan, pengetahuan dan ketrampilan dengan berbagai teknik dan teknologinya), maka diharapkan ia dapat menyelenggarakan layanan-layanan bimbingan lainnya tanpa mengalami banyak kesulitan.
Banyak peserta didik yang tidak mau membicarakan masalah pribadi  mereka ragu untuk berbicara di depan kelompok-kelompok kecil. Oleh karena itu, konseling individu dalam sekolah-sekolah, tidak terlepas dari psikoterapi, didasarkan pada asumsi bahwa konseli itu akan lebih suka berbicara sendirian dengan seorang konselor. Selain itu, kerahasiaan, selalu dianggap sebagai dasar konseling.
Akibatnya, muncul asumsi bahwa siswa membutuhkan pertemuan pribadi dengan seorang konselor untuk mengungkapkan pikiran mereka dan untuk meyakinkan bahwa pengungkapan mereka akan dilindungi. Tidak ada yang lebih aman daripada konseling individu.

B.     Proses Layanan Konseling Perorangan
Secara menyeluruh dan umum, proses konseling individu dari kegiatan paling awal sampai kegiatan akhir, terdapat lima tahap yaitu: tahap pengantaran (introduction), tahap penjajagan (insvention), tahap penafsiran (interpretation), tahap pembinaan (intervention) dan tahap penilaian (inspection). Dalam keseluruhan proses layanan konseling individu, konselor harus menyadari posisi dan peran yang sedang dilakukannya.
1.      Pengantaran
Proses pengantaran mengantarkan klien memasuki kegiatan konseling dengan segenap pengertian, tujuan, dan prinsip dasar yang menyertainya. Proses pengantaran ini ditempuh melalui kegiatan penerimaan yang bersuasana hangat, tidak menyalahkan, penuh pemahaman, dan penstrukturan yang jelas. Apabila proses awal ini efektif maka klien akan termotivasi untuk menjalankan proses konseling selanjutnya dengan hasil yang menjajikan.
2.      Penjajagan
Proses penjajagan dapat diibaratkan sebagai pembuka dan memasuki ruang sumpek atau hutan belantara yang berisi hal-hal yang bersangkutan dengan permasalahan dan perkembangan klien. Sasaran penjajagan adalah hal-hal yang dikemukakan klien dan hal-hal lain perlu dipahamitentang diri klien. Seluruh sasaran penjajagan ini adalah berbagai hal yang selama ini terpendam dalam diri klien.
3.      Penafsiran
Apa yang terungkap melalui penjajagan merupakan berbagai hal yang perlu diartikan atau dimaknai keterkaitannya dengan masalah klien. Hasil proses penafsiran ini pada umumnya adalah aspek-aspek realita dan harapan klien dengan berbagai variasi dinamika psikis dalam rangka penafsiran.
4.      Pembinaan
Proses pembinaan ini secara langsung mengacu pada pengentasan masalah dan pengembangan diri klien. Dalam tahap ini disepakati strategi dan intervensi yang dapat memudahkan terjadinya perubahan.
5.      Penilaian
Ada tiga jenis penilaian yang harus dilakukan dalam konseling individu yaitu penilaian segera, penilaian jangka pendek, penilaian jangka panjang. Penilaian segera dilaksanakan pada setiap akhir sesi layanan, sedang penilaian paska layanan selama satu minggu sampai satu bulan, dan penilaian jangka panjang dilakukan setelah beberapa bulan.

C.    Langkah Umum Pengentasan Masalah
Masalah merupakan sesuatu yang perlu dituntaskan dan diselasaikan, keterlanjutan masalah secara terus menerus akan menimbulkan defresi yang berat serta tekanan batin yant kuat terhadap orang yang mengalaminya tersebut, untuk menyelesaikan  masalah tersebut perlu ada langkah-langkah dan proses yang harus dilewati.
Secara umum, langkah yang akan dilewati itu terbagi kepada 2, yaitu :
1.      Langkah-langkah konseling individual ( perorangan )
Dari beberapa jenis layanan Bimbingan dan Konseling yang diberikan kepada peserta didik, tampaknya untuk layanan konseling perorangan perlu mendapat perhatian lebih. Karena layanan yang satu ini boleh dikatakan merupakan ciri khas dari layanan bimbingan dan konseling, yang membutuhkan pengetahuan dan keterampilan khusus.
Dalam praktiknya, memang strategi layanan bimbingan dan konseling harus terlebih dahulu mengedepankan layanan – layanan yang bersifat pencegahan dan pengembangan, namun tetap saja layanan yang bersifat pengentasan pun masih diperlukan. Oleh karena itu, guru BK maupun konselor seyogyanya dapat menguasai proses dan berbagai teknik konseling, sehingga bantuan yang diberikan kepada peserta didik dalam rangka pengentasan masalahnya dapat berjalan secara efektif dan efisien.
Secara umum, langkah dan proses konseling terdiri dari tiga tahapan yaitu: (1) tahap awal (tahap mendefinisikan masalah); (2) tahap inti (tahap kerja); dan (3) tahap akhir (tahap perubahan dan tindakan.
2.      Langkah- langkah konseling kelompok.
Penyelenggaraan konseling kelompok memerlukan persiapan dan praktik pelaksanaan yang memadai dari awal sampai dengan evaluasi dan tindak lanjutnya. Berikut langkah-langkah yang dapat ditempuh.
a.       Langkah awal
Langkah awal dislenggarakan dalam rangka pembentukan kelompok sampai dengan mengumpulkan para peserta yang siap melaksanakan kegiatan konseling kelompok.
b.      Perencanaan kegiatan
c.       Pelaksanaan kegiatan
Kegiatan yang telah direncanakan kemudian dilaksanakan melalui rangkaian kegiatan berikut.
1.      Persiapan.
2.      Pelaksanaan tahap-tahap kegiatan.
d.      Evaluasi kegiatan
e.       Analisis dan tindak lanjut.
Hasil penilaian kegiatan konseling kelompok perlu dianalisis untuk mengetahui lebih lanjut kemajuan para peserta dan penyelenggaraan bimingan kelompok.


D.    Tahapan Konseling
                Dalam praktiknya, memang strategi layanan bimbingan dan konseling harus terlebih dahulu mengedepankan layanan – layanan yang bersifat pencegahan dan pengembangan, namun tetap saja layanan yang bersifat pengentasan pun masih diperlukan. Oleh karena itu, guru BK maupun konselor seyogyanya dapat menguasai proses dan berbagai teknik konseling, sehingga bantuan yang diberikan kepada peserta didik dalam rangka pengentasan masalahnya dapat berjalan secara efektif dan efisien.
               Secara umum, proses konseling terdiri dari tiga tahapan yaitu: (1) tahap awal (tahap mendefinisikan masalah); (2) tahap inti (tahap kerja); dan (3) tahap akhir (tahap perubahan dan tindakan).
1.      Tahap Awal
             Tahap ini terjadi dimulai sejak klien menemui konselor hingga berjalan sampai konselor dan klien menemukan masalah klien. Pada tahap ini beberapa hal yang perlu dilakukan, diantaranya.
a.       Membangun hubungan konseling yang melibatkan klien (rapport). Kunci keberhasilan membangun hubungan terletak pada terpenuhinya asas-asas bimbingan dan konseling, terutama asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan; dan kegiatan.
b.      Memperjelas dan mendefinisikan masalah. Jika hubungan konseling sudah terjalin dengan baik dan klien telah melibatkan diri, maka konselor harus dapat membantu memperjelas masalah klien.
c.       Membuat penaksiran dan perjajagan. Konselor berusaha menjajagi atau menaksir kemungkinan masalah dan merancang bantuan yang mungkin dilakukan, yaitu dengan membangkitkan semua potensi klien, dan menentukan berbagai alternatif yang sesuai, untuk mengantisipasi masalah yang dihadapi klien.
2.      Inti ( tahap kerja )
Setelah tahap Awal dilaksanakan dengan baik, proses konseling selanjutnya adalah memasuki tahap inti atau tahap kerja.
Pada tahap ini terdapat beberapa hal yang harus dilakukan, diantaranya :
a.       Menjelajahi dan mengeksplorasi masalah klien lebih dalam. Penjelajahan masalah dimaksudkan agar klien mempunyai perspektif dan alternatif baru terhadap masalah yang sedang dialaminya.
b.      Konselor melakukan reassessment (penilaian kembali), bersama-sama klien meninjau kembali permasalahan yang dihadapi klien.
c.       Menjaga agar hubungan konseling tetap terpelihara.
Hal ini bisa terjadi jika :
a.       Klien merasa senang terlibat dalam pembicaraan atau waancara konseling, serta menampakkan kebutuhan untuk mengembangkan diri dan memecahkan masalah yang dihadapinya.
b.      Konselor berupaya kreatif mengembangkan teknik-teknik konseling yang bervariasi dan dapat menunjukkan pribadi yang jujur, ikhlas dan benar – benar peduli terhadap klien.
c.       Proses konseling agar berjalan sesuai kontrak. Kesepakatan yang telah dibangun pada saat kontrak tetap dijaga, baik oleh pihak konselor maupun klien.
3.      Akhir ( tahap tindakan )
Pada tahap akhir ini terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu :
a.       Konselor bersama klien membuat kesimpulan mengenai hasil proses konseling.
b.      Menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan kesepakatan yang telah terbangun dari proses konseling sebelumnya.
c.       Mengevaluasi jalannya proses dan hasil konseling (penilaian segera.
d.      Membuat perjanjian untuk pertemuan berikutnya.
Pada tahap akhir ditandai beberapa hal, yaitu ; (1) menurunnya kecemasan klien; (2) perubahan perilaku klien ke arah yang lebih positif, sehat dan dinamis; (3) pemahaman baru dari klien tentang masalah yang dihadapinya; dan (4) adanya rencana hidup masa yang akan datang dengan program yang jelas.







BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Layanan Konseling Individu adalah merupakan salah satu pemberian bantuan secara perorangan dan secara langsung. Dalam cara ini pemberian bantuan dilakukan secara face to face relationship (hubungan muka ke muka, atau hubungan empat mata) antara konselor dengan individu yang terjadi ketika seorang konselor bertemu secara pribadi dengan klien untuk tujuan konseling. Ini adalah interaksi antara konselor dan konseli dimana banyak yang berfikir bahwa ini adalah esensi dari pekerjaan konselor.
Terdapat lima langkah pada proses pelaksanaan layanan konseling individu yaitu: tahap pengantaran (introduction), tahap penjajagan (insvention), tahap penafsiran (interpretation), tahap pembinaan (intervention) dan tahap penilaian (inspection). Dalam keseluruhan proses layanan konseling individu, konselor harus menyadari posisi dan peran yang sedang dilakukannya.

B.     Saran
Dengan selesainya makalah ini, penulis harap agar pembaca mampu mengambil sedikit hikmah dari kandungan yang terdapat didalamnya. Setiap karya pasti indah, namun setiap keindahan itu belum tentu yang terbaik. Maka penulis mohon apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan ataupun kandungan pokok pembahasan. Kritik dan saran akan penulis terima, guna karya yang lebih baik kedepanya. Sekian, dan terima kasih.





DAFTAR PUSTAKA

Prayitno. Layanan Konseling Perorangan. FIP Universitas Negeri Padang: Padang 2005.

Sukardi, Dewa Ketut. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan Konseling di Sekolah, (Rineka Cipta: Jakarta 2000.

Winkel dan Sri Hastuti,. Bimbingan dan konseling kelompok. Jakarta: Rineka Cipta 2008.